Monday 19 January 2015

Revolusi dan Evolusi Gaya Bermain Sepak Bola Modern



          Mari bicara bola, Direct Football 15 readers.... Sobat Football Lovers pasti tidak asing kan dengan yang namanya tiki taka?oke bagi yang belum tahu secara mendetail post ini berisi untuk membahas tiki-taka. Ini adalah semacam strategi penguasaan bola
lewat umpan-umpan pendek yang dilakukan tim sepak bola. 


      Aktivitas ini memaksimalkan luas lapangan dan dominan dalam penguasaan bola. Kompetisi La Liga terkenal sebagai “ibu” dari strategi ini. Terlihat jelas di FC Barcelona dan tim nasional (timnas) Spanyol yang mengadopsi taktik ini dan menguasainya dengan sempurna. Sementara “sang ayah” adalah seorang pria asal Belanda bernama Johan Cruyff, yang menerapkan tiki-taka saat menjadi pelatih skuad Barcelona.





 Pemahaman akan luas lapangan dari sosok seperti Luis Aragones, Louis van Gaal,Frank Rijkaard, Vicente del Bosque, dan Josep Guardiola, membantu perkembangan gaya bermain ala tikitaka. Ini menjadi bukti bahwa perhitungan matematis bisa memberikan hasil bagus di sebuah pertandingan sepak bola. Lihat saja trofi yang dimiliki oleh FC Barcelona dan Spanyol berkat tiki-taka. Tak dapat dimungkiri, keberadaan tiki-taka di pertandingan sepak bola menghasilkan tontonan yang menghibur.


         Di atas segalanya, tiki-taka menekankan sistem kesatuan tim danpemahaman secara komprehensif mengenai geometri ruang dari lapangan sepak bola. Para pemain akan berusaha membentuk pola segitiga di seluruh area lapangan dan melakukan operanoperan pendek guna mempertahankan penguasaan bola. Pergerakan seperti ini akan membuat para pemain lawan mengalami kesulitan merebut bola dan melancarkan strategi permainan mereka.


        






            “Sepak bola tiki-taka adalah revolusi konseptual dari fleksibilitas ukuran lapangan sepak bola dan dapat dipakai untuk keuntungan tim yang bermain. Dalam penguasaan bola, teknik tersebut diharapkan bisa menciptakan celah di kubu lawan dengan bermain menggunakan lebar lapangan,” ungkap Jed C Davies, pelatih sekaligus penulis buku The Tiki-Taka Handbook.
           

                 Meskipun demikian, gaya bermain tiki-taka kerap mendapat hujatan. Jose Mourinho dan beberapa pengamat sepak bola, mengkritik tim nasional Spanyol yang menggunakan teknik “steril”, tanpa penyerang dan memilih menumpuk beberapa gelandang di gelaran Euro 2012. Tanpa adanya penyerang murni, dominasi penguasaan bola di area tengah bisa dilakukan tanpa kendala. Efek minus penyerang juga membuat gaya permainan agak membosankan tanpa banyak gol tercipta. Akan tetapi kritikan pedas tersebut menghilang ditelan omongan setelah final Euro 2012, ketika La Furia Roja berhasil Mengalahkan timnas Italia dengan empat gol tanpa balas.


       Yang terjadi sekarang ini bila ada tim yang bermain dengan penguasaan bola lebih lama maka dilabeli tiki-taka. Jika sebuah tim mulai bermain dari sektor pertahanan juga disebut tikitaka. Sering melakukan operan dianggap mengadopsi tiki-taka. Padahal apa yang dilakukan oleh tim seperti Barcelona dan Spanyol lebih fundamental.


      Tidak hanya apa yang harus dilakukan saat memegang bola tapi apa yang mesti dilakukan ketika tidak memegang bola. Dibutuhkan pengertian antarpemain dalam hal posisi dan menggunakan setiap inci dari lebar lapangan untuk meraih kemenangan. Barcelona bermain dari sektor pertahanan karena cocok dengan karakter para pemainnya. Selain bermain dari belakang bisa menarik para pemain lawan untuk maju sehingga daerah pertahanan mereka kosong.


       Maka dari itu, tidak sedikit orang yang mengartikan tiki-taka secara singkat dengan “oper, oper dan oper sampai lawan menangis meminta Anda untuk menendang ke gawang”. Jauh sebelum tiki-taka, sejenak kembali ke tahun 1970-an, ada gaya permainan yang serupa ditampilkan oleh timnas Belanda dengan nama total football. Teknik ini mudahnya diartikan “jangan diam di tempat, pemain belakang bisa mencetak gol, penyerang menjadi pemain belakang”. Namun jujur saja, teknik tersebut sudah usang sejak 1980-an dan tidak dipakai lagi. Pasalnya tiki-taka memerlukan fisik yang prima. Setiap pemain yang ada di lapangan harus bergerak tidak boleh diam selama 90 menit.
Tetap saja, baik tiki-taka atau total football tetap menarik untuk ditonton.Namun mana yang lebih indah?


        Menyebut tiki-taka membosankan karena mereka tidak mencetak gol lebih banyak adalah kesalahpahaman yang terjadi di ranah sepak bola. Jika bermain secara taktis selama 90 menit disebut membosankan, maka tikitaka membosankan. Toh, permainan kolektivitas yang diperagakan oleh timnas Spanyol merupakan momen langka yang hanya bisa dilihat di ligaliga terbaik dunia. Padahal tim Spanyol diisi oleh pemain seperti David Villa, Xavi Hernandes, dan Andres Iniesta, yang secara fisik tidak begitu sempurna. Tetapi mereka bisa memainkan gaya sepak bola apik dan menghibur yang kini dikenal sebagai tiki-taka.









     Skuad Belanda di tahun 1970-an mengadopsi teknik total football karena mereka kuat secara fisik untuk melakukannya. Waktu dan tekanan yang semakin besar di sepak bola modern membuat tidak ada satu orang pun yang bisa menjalankan total football secara sempurna. Dalam total football, para pemain berganti posisi untuk membuat bingung lawan, kini di tikitaka, pergerakan bola yang melakukan semuanya. Para pemain tidak perlu susah payah berganti-gantian posisi. Secara singkat, total football merupakan sebuah revolusi sedangkan tiki-taka adalah evolusinya.