Mari
bicara bola, Direct Football 15 readers.... Sobat Football Lovers pasti tidak asing kan dengan yang namanya tiki taka?oke bagi yang belum tahu secara mendetail post ini berisi untuk membahas
tiki-taka. Ini adalah semacam strategi penguasaan bola
lewat
umpan-umpan pendek yang dilakukan tim sepak bola.
Aktivitas ini memaksimalkan
luas lapangan dan dominan dalam penguasaan bola. Kompetisi La Liga terkenal
sebagai “ibu” dari strategi ini. Terlihat jelas di FC Barcelona dan tim
nasional (timnas) Spanyol yang mengadopsi taktik ini dan menguasainya dengan
sempurna. Sementara “sang ayah” adalah seorang pria asal Belanda bernama Johan
Cruyff, yang menerapkan tiki-taka saat menjadi pelatih skuad Barcelona.
Pemahaman
akan luas lapangan dari sosok seperti Luis Aragones, Louis van Gaal,Frank
Rijkaard, Vicente del Bosque, dan Josep Guardiola, membantu perkembangan gaya
bermain ala tikitaka. Ini menjadi bukti bahwa perhitungan matematis bisa
memberikan hasil bagus di sebuah pertandingan sepak bola. Lihat saja trofi yang
dimiliki oleh FC Barcelona dan Spanyol berkat tiki-taka. Tak dapat
dimungkiri, keberadaan tiki-taka di pertandingan sepak bola menghasilkan
tontonan yang menghibur.
Di
atas segalanya, tiki-taka menekankan sistem kesatuan tim danpemahaman
secara komprehensif mengenai geometri ruang dari lapangan sepak bola. Para
pemain akan berusaha membentuk pola segitiga di seluruh area lapangan dan
melakukan operanoperan pendek guna mempertahankan penguasaan bola. Pergerakan
seperti ini akan membuat para pemain lawan mengalami kesulitan merebut bola dan
melancarkan strategi permainan mereka.
“Sepak
bola tiki-taka adalah revolusi konseptual dari fleksibilitas ukuran
lapangan sepak bola dan dapat dipakai untuk keuntungan tim yang bermain. Dalam
penguasaan bola, teknik tersebut diharapkan bisa menciptakan celah di kubu
lawan dengan bermain menggunakan lebar lapangan,” ungkap Jed C Davies, pelatih
sekaligus penulis buku The Tiki-Taka Handbook.
Meskipun
demikian, gaya bermain tiki-taka kerap mendapat hujatan. Jose Mourinho
dan beberapa pengamat sepak bola, mengkritik tim nasional Spanyol yang
menggunakan teknik “steril”, tanpa penyerang dan memilih menumpuk beberapa
gelandang di gelaran Euro 2012. Tanpa adanya penyerang murni, dominasi
penguasaan bola di area tengah bisa dilakukan tanpa kendala. Efek minus
penyerang juga membuat gaya permainan agak membosankan tanpa banyak gol
tercipta. Akan tetapi kritikan pedas tersebut menghilang ditelan omongan
setelah final Euro 2012, ketika La Furia Roja berhasil Mengalahkan
timnas Italia dengan empat gol tanpa balas.
Yang
terjadi sekarang ini bila ada tim yang bermain dengan penguasaan bola lebih
lama maka dilabeli tiki-taka. Jika sebuah tim mulai bermain dari sektor
pertahanan juga disebut tikitaka. Sering melakukan operan dianggap
mengadopsi tiki-taka. Padahal apa yang dilakukan oleh tim seperti
Barcelona dan Spanyol lebih fundamental.
Tidak
hanya apa yang harus dilakukan saat memegang bola tapi apa yang mesti dilakukan
ketika tidak memegang bola. Dibutuhkan pengertian antarpemain dalam hal posisi
dan menggunakan setiap inci dari lebar lapangan untuk meraih kemenangan.
Barcelona bermain dari sektor pertahanan karena cocok dengan karakter para
pemainnya. Selain bermain dari belakang bisa menarik para pemain lawan untuk
maju sehingga daerah pertahanan mereka kosong.
Maka
dari itu, tidak sedikit orang yang mengartikan tiki-taka secara singkat dengan
“oper, oper dan oper sampai lawan menangis meminta Anda untuk menendang ke
gawang”. Jauh sebelum tiki-taka, sejenak kembali ke tahun 1970-an, ada gaya permainan
yang serupa ditampilkan oleh timnas Belanda dengan nama total football.
Teknik ini mudahnya diartikan “jangan diam di tempat, pemain belakang bisa
mencetak gol, penyerang menjadi pemain belakang”. Namun jujur saja, teknik
tersebut sudah usang sejak 1980-an dan tidak dipakai lagi. Pasalnya tiki-taka
memerlukan fisik yang prima. Setiap pemain yang ada di lapangan harus
bergerak tidak boleh diam selama 90 menit.
Tetap
saja, baik tiki-taka atau total football tetap menarik untuk
ditonton.Namun mana yang lebih indah?
Menyebut
tiki-taka membosankan karena mereka tidak mencetak gol lebih banyak adalah
kesalahpahaman yang terjadi di ranah sepak bola. Jika bermain secara taktis
selama 90 menit disebut membosankan, maka tikitaka membosankan. Toh,
permainan kolektivitas yang diperagakan oleh timnas Spanyol merupakan momen
langka yang hanya bisa dilihat di ligaliga terbaik dunia. Padahal tim Spanyol
diisi oleh pemain seperti David Villa, Xavi Hernandes, dan Andres Iniesta, yang
secara fisik tidak begitu sempurna. Tetapi mereka bisa memainkan gaya sepak
bola apik dan menghibur yang kini dikenal sebagai tiki-taka.
Skuad
Belanda di tahun 1970-an mengadopsi teknik total football karena mereka kuat
secara fisik untuk melakukannya. Waktu dan tekanan yang semakin besar di sepak
bola modern membuat tidak ada satu orang pun yang bisa menjalankan total
football secara sempurna. Dalam total football, para pemain berganti
posisi untuk membuat bingung lawan, kini di tikitaka, pergerakan bola
yang melakukan semuanya. Para pemain tidak perlu susah payah berganti-gantian
posisi. Secara singkat, total football merupakan sebuah revolusi
sedangkan tiki-taka adalah evolusinya.